Resensi
Novel Laskar Pelangi
Disusun
oleh :
Yudhistira pratama saputra VIIIH/33
Judul
Resensi
: PERJUANGAN ANAK PULAU BELITONG
Identitas Novel
Judul
Novel
: Laskar Pelangi
Penulis
: Andrea
Hirata Seman Said Harun
Penerbit
: Bentang Pustaka
Kota Terbit
: Yogyakarta
Tahun Terbit
: 2007
Tebal halaman
: 533 halaman
Latar Belakang Penulis
Andrea Hirata, lahir di Belitong. Meskipun studi mayornya
ekonomi, ia amat menggemari sains dan sastra. Edensor adalah novel ketiganya
setelah novel-novel best seller Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi. Andrea
lebih mengidentikkan dirinya sebagai akademisi dan backpacker. Ia
mendapat beasiswa untuk kuliah di Paris, Perancis. Saat ini Andre tinggal di
Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT. Telkom. Hobinya naik komidi
putar. Komunikasi dengan Andrea dapat melalui www.Andrea-Hirata.com.
Pokok-pokok Isi Novel (Unsur Instrinsik)
A.
Tema
Persahabatan sepuluh anak Belitong
B.
Tokoh dan Perwatakan
Aku sebagai ikal
: tidak mudah putus asa dan tegar.
Ayah ku/ayah
ikal
: baik hati dan bijaksana.
Pak K.A. Harpan Noor
: baik hati, ramah dan sabar.
Ibu N.A. muslimah Hafsari
:
sabar, baik hati dan penyayang.
Lintang
: pantang menyerah dan cerdas.
Mahar
: kreatif, imajinatif dan cerdas.
Trapani
: manja dan cerdas.
Kucai
: hiperaktif, susah diatur dan benyak
bicara
Sahara
: keras kepala, cerdas dan baik hati.
A kiong
: baik dan sedikit aneh.
Harun
: baik tetapi agak keterbelakangan
mental.
Borek
: nakal dan susah diatur.
C.
Alur
Novel ini memakai alur maju, karena dalam ceritanya tidak
terdapat kilas balik sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi
di kisah selanjutnya.
D.
Sudut Pandang
Orang pertama tunggal sebagai tokoh
utama.
E.
Latar
Tempat
: di sekolah, di bawah
pohon, di gua, dan di rumah.
Suasana
: menyenangkan,
menyedihkan, dan menegangkan.
Kapan
: siang hari, sore
hari, dan malam hari.
Keunggulan Novel
1.
Dalam hal organisasi novel ini,
hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat
menimbulkan rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan isi novel tidak
berbelit-belit.
2.
Kita dapat mengetahui arti
perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani
dalam kisah tokoh utama buku ini
Kelemahan Novel
Namun ada satu kelemahan penting yang harus diwaspadai oleh
para pembaca. Hal ini agar mereka tidak terpengaruh oleh satu ide yang ada di
dalamnya. Ide itu adalah ide tentang teori kreasionisme (penciptaan). Ide teori
kreasionisme (penciptaan) merupakan kebalikan dari teori Evolusionisme. Ide itu
sungguh antik karena meski demikian minim bukti tetapi pemujanya demikian
militan. mereka diamini oleh kelompok-kelompok puritan religius yang merasa
terancam oleh keberadaan teori Evolusi.
Bahasa
Bahasa yang digunakan tetap bahasa Indonesia tetapi
tidak jarang kita jumpai bahasa daerah yang dimana tempat kejadiannya adalah
Belitung, yaitu pulau terpencil yang ada di Sumatra.
Sinopsis
Diawali saat SD Muhammadiyah, sekolah kampung di Belitong dengan fasilitas
yang sangat terbatas bahkan minus, membuka pendaftaran untuk murid baru kelas
satu. Hingga saat2 terakhir pendaftaran hanya 9 orang anak yang mendaftar dan
siap masuk kelas di hari pertama. Padahal sekolah reot ini sudah diancam untuk
membubarkan diri jika murid barunya kurang dari 10 orang.
Di kalangan bawah, menyekolahkan anak berarti mengikatkan diri pada beban
biaya yang harus ditanggung selama bertahun2. Dan tertutupnya kesempatan untuk
mempekerjakan si anak secara penuh waktu demi membantu mengurangi beban hidup yang
semakin berat.
Jika tak ada Harun, seorang anak berusia 15 tahun dengan keterbelakangan
mental, yang disekolahkan oleh ibunya agar tidak cuma mengejar anak ayam di
rumah, tentu tidak pernah terjadi kisah ini. Ikal tidak akan pernah bertemu,
berteman satu kelas dengan Lintang, Mahar, Syahdan, A Kiong, Kucai, Borek alias
Samson, Sahara, Trapani, dan Harun. Tidak akan pernah bertemu Bu Muslimah, guru
penuh kasih namun penuh komitmen untuk mencerdaskan anak didiknya. Dan tidak
akan pernah ada Laskar Pelangi, yang di musim hujan selalu melakukan ritual
melihat pelangi sore hari dengan bertengger di dahan2 pohon filicium yang ada
di depan kelas mereka.
Selanjutnya dikisahkan ragam kejadian yang penuh suka dan duka dari
kesepuluh anak anggota Laskar Pelangi. Nantinya di tengah cerita Laskar Pelangi
mendapat anggota kesebelas, anggota wanita kedua, Flo.
Berkisah tentang Lintang, anak super genius didikan alam, yang rumahnya
berjarak 40 km dari sekolah dan dilaluinya dengan bersepeda setiap hari tanpa
mengeluh. Bahkan ketika suatu hari rantai sepedanya putus, dia rela berjalan
kaki menuntun sepedanya ke sekolah. Dan merasa bahagia karena masih mendapat
kesempatan ikut menyanyikan Padamu Negeri di jam pelajaran terakhir….
*merinding*… (jaman SMP aku sempat kagum dengan teman2 yang setiap harinya
mengayuh sepeda dari rumahnya yang berjarak 10 km dari sekolah, demi bisa
menuntut ilmu di SMP Negeri yang baru ada di kota kecamatan… tapi ternyata itu
belum ada apa2nya).
Berkisah tentang Mahar anak genius berikutnya, tapi yang satu ini genius
dalam bakat seni. Berkisah tentang rutinitas membeli kapur tulis di toko yang
jauh dari sekolah dan berbau busuk, menggiring ke kisah cinta pertama Ikal
kepada A Ling yang berkuku indah. Tentang keberhasilan mereka mengangkat nama SD
Muhammadiyah yang selama ini selalu dianggap remeh dalam acara karnaval 17
Agustus dan lomba cerdas-cermat. Tentang cita-cita Ikal. Tentang hilangnya Flo.
Tentang petualangan mistis ke Pulau Lanun menemui Tuk Bayan Tula bersama Flo
dan Mahar. Dan bagian pertama ini ditutup dengan kesedihan mendalam yang sangat
mengharukan saat Laskar Pelangi harus merelakan perginya seorang teman yang
kurang beruntung…
Bagian pertama itu mengambil rentang waktu dari hari pertama Laskar Pelangi
masuk kelas satu Sekolah Dasar Muhammadiyah hingga empat bulan menjelang
Ebtanas SMP di gedung sekolah yang sama dengan orang2 yang sama (tambah Flo
tentunya).
Pada bagian kedua, kisah ini melompat dua belas tahun kemudian saat Laskar
Pelangi telah menjadi sosok2 dewasa yang harus berjuang menggapai
peruntungannya dalam kehidupan nyata. Masing2 menjalani suratan hidupnya yang
sudah ditetapkan. Ada yang berjalan sesuai cita2nya, ada yang tidak terduga
lompatannya, ada juga yang menyerah pada nasib yang sudah tergambar jelas sejak
dahulu.
Dan akhirnya pun mereka semua dengan perjuangan yang keras dan gigih dapat
mendapatkan apa yang mereka cita-citakan.
Biografi Penulis
Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitung 24 Oktober 1982,
Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah
dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan
letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan
segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia
mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang
banyak memperlihatkan keperihatinan. Nama Andrea Hirata sebenarnya bukanlah
nama pemberian dari kedua orang tuanya. Sejak lahir ia diberi nama Aqil Barraq
Badruddin. Merasa tak cocok dengan nama tersebut, Andrea pun menggantinya
dengan Wadhud. Akan tetapi, ia masih merasa terbebani dengan nama itu. Alhasil,
ia kembali mengganti namanya dengan Andrea Hirata Seman Said Harun sejak ia
remaja.
Amanat Novel
·
Janganlah menyerah, hiraukan orang
yang menggangumu, teruslah berjalan jika menurutmu itu benar.
·
Dari bersekolah dengan
sungguh-sungguh cita-cita akan tercapai walaupun dengan usaha dan perjuangan
yang sulit.